Pemanfaatan Limbah Industri Tapioka

, , Leave a comment

Tepung tapioka atau tepung kanji sangat erat sekali dengan kehidupan saya. Tanpa tapioka hidup saya serasa hambar (huekkkk), haha!. Ya, memang demikianlah adanya. Banyak makanan yang saya sukai menggunakan kanji atau pati sebagai bahan utamanya. Pati sebagai bahan pengisi, sekaligus bahan perekat dan penyedia tenaga karena merupakan inti dari karbohidrat yang terdapat pada umbi singkong. Siomay, empek-empek, otak-otak, mie, dan banyak lainnya, menggunakan kanji sebagai bahan utama dan bahan tambahan/pendukung. Sensasi kenyal, kenyil-kenyil sewaktu digigit dalam mulut menjadi sebuah sensasi sendiri dalam menikmatinya.

Saya di Jogja dan di sini banyak sebenarnya penghasil kanji atau sentra industri Kanji, namun tidak banyak yang saya ketahui. Daerah Pundong, Bantul, adalah daerah yang banyak penduduknya mengolah singkong menjadi tepung kanji, namun kebanyakan masih tradisional dan dalam skala yang kecil. Ada yang memang dijual namun banyak yang kemudian diolah lagi menjadi produk yang baru. Beberapa contoh produknya adalah mie pentil dan mie des. Dua makanan ini sekarang manjadi cukup populer sebagai ciri khas dari daerah pundong.

Pengolahan singkong menjadi kanji sangat sederhana. Kita tinggal menggiling singkong yang sudah dikuliti bersih, kemudian diperas sari patinya menggunakan media air kemudian diendapkan. Setelah mengendap, endapan tersebut kemudian dipisahkan dengan airnya, selanjutnya dikeringkan. Intinya adalah seperti itu. Untuk proses pengolahannya terserah dari pembuat, bisa manual atau dengan bantuan mesin. Beberapa kali saya juga mencoba membuat kanji dengan metode ini, yang manual, dan terbukti sangat mudah sekali. Mungkin, InsyaAllah nanti saya akan coba membuat pilot plant sederhana industri kanji di rumah, karena hampir semua alat sudah tersedia.

Selanjutnya yang menjadi sebuah soal adalah bagaimana pengolahan limbahnya. Perlu kita ketahui bahwa secara umum terdapat dua macam jenis limbah di sini, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa rontokan kotoran atau tanah dan kulit singkong, ampas singkong dan sisa dari bahan yang tidak ter-olah secara sempurna. Limbah pada berupa kotoran tanah mudah, kita tinggal taruh di kebun. Limbah kulit singkong dan ampas bisa kita olah menjadi pakan ternak. Kebetulan di rumah ada ayam.  Yang terakhir adalah limbah cair. Opsi pengolahan limbah ini adalah menjadikannya sebagai biogas atau kita pisahkan kandungan air dengan kotorannya yang merupakan sisa pati dengan centrifuge/WVO. Opsi yang pertama sudah nyata bisa. Dengan search google kasar saya dapat dua hasil penelitian berwujud jurnal dari Rahmatul (2013),  dan Mertahardianti (2008). Rahmatul (2013) mengolah limbah cair industri tapioka dengan reaktor aerobik berdistributor, sedangkan Mertahardianti agak beda fokusnya, yaitu pengaruh enzim alfa amilase dalam pembuatan biogas berbahan limbah tapioka, namun dalam reaktor anaerob. Dari dua penelitian ini pada intinya dua-duanya menghasilkan biogas, thats the point. Namun untuk yang Mertahardianti (2008), mungkin agak tidak begitu ekonomis untuk menggunakan enzim alfa amilase sebagai katalis gas metan. Eman-eman, enzime larang.

Pengolahan yang kedua adalah diputar dengan centrifuge/WVO. Ini baru perkiraan saya. Kemungkinan bisa dilakukan, namun kita harus membuat alatnya dahulu. Contoh penggunaan WVO ini saya tau dari video youtube, yaitu untuk memisahkan minyak dari kotorannya. Ada contoh minyak goreng jelantah yang dibersihkan dari kotorannya untuk nanti akan diolah menjadi bio-diesel. Minyak kedua adalah oli yang juga dibersihkan dari kotorannya. Contoh video alat dan pengolahannya adalah berikut :

Namun demikian untuk kedua pengolahan yaitu dengan dicentrifuge atau dibuat biogas, kita tetap butuh direct investment lebih, karena harus membuat alat. Alat yang dibutuhkan biogas adalah reaktor, sedangkan filtrasi dengan centrifuge kita harus membuat alat ini juga. Tetapi pada intinya lagi problem solved. Limbah cair industri tapioka bisa di lahan yang tidak begitu luas pun (seperti samping rumah saya) tetap bisa mengolah limbah.

 

Leave a Reply